SURABAYAONLINE.CO-Pemain ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu secara dramatis menjuarai Indonesia Open 2020 di Istora Senayan, Jakarta, hari Minggu (19/01), dengan mengalahkan pasangan Denmark, Maiken Fruergaard/Sara Thygesen, 18-21, 21-11 dan 23-21.
Pertandingan seru berlangsung di set ketiga terutama di poin-poin terakhir. Fruergaard/Thygesen dua kali unggul, namun Greysia/Apriyani tidak mudah menyerah dan memaksakan deuce.
Pada kedudukan 22-21, Greysia/Apriyani tampil menekan yang berbuah dengan pukulan yang tak bisa dikembalikan secara sempurna oleh pasangan Denmark.
Dan Istora pun seakan meledak dengan luapan kegembiraan pendukung tuan rumah, sementara di lapangan Apriyani merebahkan badan, dengan nafas tersengal-sengal.
“Terus terang, di poin-poin terakhir itu, kepala sangat pusing rasanya… Serius, kepala rasanya sakit sekali. Pokoknya yang penting bolanya masuk aja,” kata Greysia menjawab pertanyaan wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.
“Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pelatih bilang ‘main begini, main begini’, kami hanya menganggukkan kepala saja. Otak dan lutut tak tahu ke mana jalannya,” kata Greysia.
“Fokusnya bola masuk dan mencoba mempertahankan energi,” katanya.
Soal Servis
Semua tentu mengapresiasi usaha keras ganda putri kita. Namun seperti disorot oleh warganet, servis Greysia harus mendapat perhatian khusus karena mengandung kelemahan. Pemain ganda sudah semuanya menggunakan servis backhand. Namun entah mengapa Greysia menggunakan servis forehand yang umum dipakai pemain tunggal.
Servis model begini rawan karena tidak aman, tidak bisa tipis di atas net sehingga rawan langsung di-smash. SURABAYAONLINE.CO punya catatan bahwa model servis seperti itu terakhir digunakan oleh legenda ganda putra Indonesia Christian Hadinata di era 80-an.
Kepala Pelatih Panda Putri Indonesia, Eng Hian, beberapa waktu lalu juga mengutarakan bahwa ia memiliki perhatian khusus terhadap Greysia Polii yang sering bermasalah dalam hal servis.
Eng Hian pun menyoroti kualitas servis Greysia yang dinilai masih harus melakukan banyak perbaikan karena sering menimbulkan kerugian bagi mereka sendiri. Karena itu, Eng Hian mengaku akan terus memperbaiki servis Greysia yang akan sangat berbahaya jika terus dibiarkan.
“Saya perhatikan dari kualitas servis Greysia ini, lawan seperti mendapat poin gratis minimal lima poin di setiap game-nya,” tambah peraih medali perunggu Olimpiade 2004 Athena tersebut.(*)