SURABAYAONLINE.CO-Pemerintah Wuhan, China, akan membangun rumah sakit khusus untuk para pasien virus corona. Rumah sakit yang berada di wilayah Caidian ini diperkirakan selesai dibangun hanya dalam enam hari.
Desainnya sendiri akan dibuat oleh Wuhan CITIC Design Institute and Constructed, bagian dari perusahaan konstruksi China, China Construction Third Engineeing Bureau Co.Ltd.
Menurut penduduk setempat di Wuhan, pihak berwenang membayar pekerja pada proyek sebanyak 1.200 yuan (US $ 173 atau sekitar Rp 2,42 juta) per hari – tiga kali lipat dari upah biasanya – untuk mempercepat pembangunan.
Rumah sakit ini akan mengikuti konsep rumah sakit khusus Beijing untuk pasien Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang dibangun 2002 lalu, Xiaotangshan Hospital.
“Rumah sakit ini akan berdiri di area seluas 25 ribu meter persegi dan akan digunakan 3 Februari,” kata otoritas setempat sebagaimana dikutip dari Xinhuanet, Jumat (24/1/2020).
Rumah sakit ini berkonsep movable plank house. Ia menggunakan bahan-bahan yang yang ringan sehingga konstruksi bisa dilakukan dengan cepat.
Wuhan sendiri merupakan kota di provinsi Hubei, di mana virus corona pertama kali berasal. Virus ini mulai menyebar di kota itu pada Desember 2019 dan mulai viral sejak Januari 2020.
Per Jumat ini berdasarkan CNBC International, di Wuhan sudah ada 800-san kasus dengan jumlah kematian mencapai 25 orang. Di luar China daratan, Hong Kong dan Makau juga mengkonfirmasi adanya penderita.
Sementara itu, sejumlah negara juga melaporkan adanya penderita Wuhan di negara tersebut. Rata-rata merupakan turis dari China yang melancong ke negara tersebut.
Negara-negara itu antara lain, Thailand, Taiwan, Vietnam, Singapura, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan AS. Meski demikian, belum ada korban yang meninggal di negara-negara tersebut.
Penyakit yang disebabkan virus corona memiliki gejala seperti flu, lalu berkembang menjadi penyakit pernapasan. Wuhan sendiri sudah diisolasi sejak 23 Januari lalu.
Sementara itu WHO belum memberi status darurat internasional pada virus ini. Menurut WHO terlalu dini untuk mengklasifikasikannya sebagai fokus global.