SURABAYAONLINE.CO- Wabah Covid-19 tidak merugikan semua orang. Salah satunya ialah aplikasi Zoom. Merupakan aplikasi video konferensi yang dibangun pada 2011 dan berbasis di San Jose California, aplikasi ini makin melejit karena kebijakan work from home.
Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan video call jarak jauh bahkan hingga lebih dari 500 peserta.
Dilansir dari laman Owllabs, Jumat (3/4/2020) di tengah pandemi virus corona (COVID-19) ini, jumlah pengguna Zoom meningkat tajam. Bahkan diperkirakan mencapai 2,22 juta pengguna aktif bulanan sejauh ini pada 2020, sementara pada 2019 menambahkan 1,99 juta pengguna.
Zoom bisa digunakan secara gratis dan ada pula yang berbayar. Untuk yang berbayar, Zoom menawarkan empat tingkatan harga berbeda untuk langganan bisnis. Sementara untuk Zoom versi gratis, pengguna dapat mengadakan rapat tanpa batas, tetapi rapat grup dengan banyak peserta dibatasi hingga 40 menit, dan rapat tidak dapat direkam.
Sayangnya belakangan ini, Zoom mendapatkan kritik masalah keamanan dan privasi. CEO Zoom, Eric S. Yuan mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengatasi masalah tersebut.
Pekan lalu, para peneliti menemukan bahwa beberapa lalu-lintas komunikasi dari aplikasi Zoom dikirim melalui Beijing – bahkan ketika semua peserta dalam percakapan Zoom itu berada di Amerika Utara.
Tim dari Citizen Lab Universitas Toronto juga menyoroti bahwa Zoom memiliki beberapa ratus karyawan di China daratan, yang “bisa menyebabkan Zoom berhadapan dengan tekanan dari otoritas China”.
Zoom mengatakan lalu lintas komunikasi itu secara “keliru” dialihkan melalui Beijing, dan meminta maaf.
Tapi Zoom jelas marah dengan dengan informasi yang menyebut aplikasi itu tak aman.
“Zoom sangat mementingkan keamanan pengguna,” katanya kepada BBC.
“Secara global, 2.000 lembaga, mulai dari perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia hingga penyedia telekomunikasi terkemuka, lembaga pemerintah, universitas, praktik perawatan kesehatan dan telemedicine telah melakukan tinjauan keamanan lengkap terkait pengguna, jaringan dan lapisan pusat data kami. Mereka percaya diri memilih Zoom.”
“Kami berkomunikasi erat dengan Kementerian Pertahanan Inggris dan Pusat Keamanan Siber Nasional dan fokus pada penyediaan dokumentasi yang mereka butuhkan,” katanya dalam sebuah pernyataan kepada BBC.
“Namun, kami menyadari bahwa kami telah kehilangan harapan privasi dan keamanan komunitas dan kami sendiri. Untuk itu, saya sangat menyesal,” kata Yuan pendiri Zoom.
Popularitas Zoom telah berkembang selama beberapa tahun. Saat debutnya di pasar saham tahun lalu, Zoom sudah bernilai US$15 miliar (Rp241 triliun) dan sekarang telah meningkat lebih dari dua kali lipat.
Zoom didrikan pada 2011 oleh Eric Yuan, insinyur perangkat lunak asal China yang beremigrasi ke Silicon Valley pada usia 27 tahun.
Sejak itu Zoom diam-diam menyalip para pesaing seperti Skype dan Microsoft Teams, karena beberapa fitur yang disediakan kepada pengguna cukup sederhana termasuk latar belakang adaptif.

Zoom gratis untuk siapa saja tetapi paket dasarnya memiliki batas pertemuan 40 menit untuk lebih dari tiga peserta. Ketentuan ini baru saja dihapus untuk sekolah-sekolah di Inggris, Kanada dan Jerman untuk memungkinkan para guru memanfaatkan sesi yang lebih lama dengan para murid.
Zoom telah diunduh lebih dari 50 juta kali di Google app store karena orang-oran mencari cara untuk tetap berhubungan dengan rekan kerja, teman, dan keluarga.(*)