SURABAYAONLINE.CO-Di beberapa negara seperti India, China dan Italia pandemi Virus Corona membuat aktivitas manusia berhenti dan membawa dampak positif pada perbaikan lingkungan. Salah satunya di India yang bisa melihat puncak Himalaya dari jarak 200 km yang sebelumnya tidak bisa terlihat, sungai di Venice Italia airnya jernih dan ikan-ikan terlihat karena membaiknya kualitas air akibat minimnya air limbah yang dibuang ke Sungai. Kondisi ini berbeda dengan di Kali Surabaya yang makin memburuk. Dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diharapkan akan mengurangi beban pencemaran di Kali Surabaya sehingga akan memulihkan kualitas air yang dijadikan bahan baku air minum.
Hasil observasi lapangan tiga Komunitas Perempuan Kali Surabaya menemukan bahwa air Kali Surabaya dan Kali Mas tercemar mikroplastik di 7 lokasi penelitian dari Mlirip Mojokerto hingga jembatan Petekan Surabaya. Banyaknya buangan industri dan dijadikannya Kali Surabaya menjadi tempat sampat disinyalir menjadi penyebab Kali Surabaya dibanjiri Mikroplastik, data lain menunjukkan bahwa Oksigen Terlarut di Air berada dibawah standar baku mutu air kelas 2.
Sebelumnya Peneliti ITS merelease data adanya pencemaran mikroplastik di Kali Surabaya yang di publish dalam jurnal ilmiah internasional Elsevier awal april 2020.
“Dari analisis awal dilaboratorium menunjukkan bahwa semua lokasi penelitian ditemukan mikroplastik namun untuk detail jumlah partikel mikroplastik/liter akan dilakukan uji lanjutan dan hasilnya baru diketahui dalam dua minggu” ungkap Thara Bening Sandrina dari komunitas River Warrior Indonesia.
Kali Surabaya yang mengalir dari Mojokerto bermuara di Tanjung Perak dan Pantai Timur Surabaya mengalami penurunan kualitas air. Pengukuran kualitas air yang dilakukan oleh Wanita Peduli Lingkungan (Wadulink) Gresik, River Warrior Indonesia dan Komunitas No Waste Surabaya menunjukkan bahwa baku mutu kualitas air dibawah standar baku mutu PP 82/2001 yang mengatur tentang Kelas Air sungai.
Kali Surabaya yang digunakan sebagai bahan baku air minum dikategorikan dalam kelas 2. Dari pengukuran yang dilakukan ketiga Komunitas perempuan yang terdiri dari Wadulink, River Warrior dan Komunitas No Waste Surabaya menunjukkan Kandungan Oksigen terlarut (KOT)di tujuh lokasi di Mlirip Mojokerto, Wringinanom, Sumengko, Karangpilang, Joyoboyo, Monkasel dan Petekan menunjukkan angka penurunan berturut-turut dari Mlirip ke Petekan adalah 4.7ppm, 3.25ppm, 3.34 ppm, 1.69 ppm, 2.51 ppm, 1.20 ppm. Di Wilayah Mlirip Mojokerto KOT masih diatas standar yaitu 4.7 ppm (standar KOT untuk sungai kelas 2 adalah 4 ppm), di wilayah Wringinanom hingga Petekan KOT berada dibawah standar.
Pencemaran Sampah Plastik dan Limbah Industri
Adanya Mikroplastik di Kali Surabaya dan Kali Mas merupakan ancaman baru bagi PDAM Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. “Mikroplastik adalah serpihan-serpihan plastik berukuran lebih kecil dari setengah sentimeter atau 0,5 mm, yang bisa berasal dari proses hancurnya plastic sekali pakai yang dibuang disungai seperti tas kresek plastic, sedotan, Styrofoam, bungkus plastic dan serpihan tekstil yang “mrotol’ atau terlarut dalam air selama proses pencucian,” Ungkap Eka Clara Budiarti peneliti Ecoton. Lebih lanjut Lulusan Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini menyatakan bahwa selain dari limbah domestik mikroplastik juga berasal dari serpihan plastik dari limbah cair pabrik kertas yang dibuang di Kali Surabaya. Seperti diketahui di Kali Surabaya terdapat empat pabrik kertas yang menggunakan bahan baku sampah kertas yang tercampur dengan plastic seperti PT Suparma, PT Surabaya Mekabox, PT Adiprima Suraprinta, PT Mount Dream Indonesia dan PT Tjiwi Kimia. Selain itu banyak juga ditemukan perusahaan pencucian dan pengolahan plastik.
“Mikroplastik yang ada di air Sungai akan dikonsumsi oleh Ikan, seterusnya ikan akan dikonsumsi oleh manusia,” lanjut Eka Clara Budiarti, lebih lanjut Eka Clara menyatakan bahwa Mikroplastik yang ada dalam tubuh manusia akan berdampak pada gangguan metabolisme dan mengganggu sistem reproduksi dan mengganggu kekebalan tubuh.
Penurunan kualitas air Kali Surabaya dan Kali Mas disebabkan oleh pencemaran industri dan limbah domestic dari parameter kandungan Klorin atau bahan pemutih dan pembunuh bakteri dalam penelitian yang dilakukan 14-17 April 2020 diketahui terjadi peningkatan kandungan klorin di Kali Surabaya wilayah Sumengko Gresik dan Kalimas di Wilayah Monkasel Surabaya. Peningkatan klorin di Sumengko bisa disebabkan oleh buangan limbah cair dari pabrik kertas dan tissue sedangkan di Surabaya tingginya klorin bisa disebabkan oleh buangan limbah cair domestik, dalam limbah domestic banyak terkontaminasi oleh cairan kimia pembersih lantai, bahan pemutih textile dan cairan-cairan pembunuh kuman dalam rumah atau household product.
Selain klorin, ada senyawa kimia lainnya yang mencemaskan yaitu ammonium, dari pengukuran ammonium ditemukan bahwa kandungan ammonium di Gunungsari hingga Joyoboyo mencapai 3 ppm sedangkan di petekan tanjungperak kandungan ammonium 4 ppm. Amonium berasal dari limbah cair domestic.
Kali Surabaya harus diselamatkan karena fungsi vitalnya bagi jutaan orang di Gresik, Surabaya dan Sidoarjo. Salah satu cara adalah dengan mengurangi beban pencemaran.
“Pemberlakukan PSBB ini diharapkan bisa menguranggi beban pencemaran di Kali Surabaya, pengurangan aktivitas industri diharapkan akan menurunkan debit air limbah yang dibuang ke Kali Surabaya,” Ungkap Nurhamidah coordinator Wadulink Gresik.
Selain pemberlakuan PSBB dibutuhkan upaya Diet Polusi Kali Surabaya secara berkelanjutan dengan memperketat pengawasan pembuangan limbah cair dan pembuangan sampah di Kali Surabaya. Pemerintah harus memberikan sanksi tegas pada pelanggaran dan yang terpenting adalah peran serta masyarakat untuk mengurangi pemakaian Plastik sekali pakai dan mengurangi gaya hidup yang konsumtif. Dengan Pandemi Covid-19 diharapkan manusia merenungkan kembali bahwa perilaku manusia telah menurunkan mutu lingkungan dan merusak fungsi Ekosistem sungai, melalui PSBB sejenak kita mengerem kegiatan kita, aktivitas kita dan mengurangi pola konsumsi kita memberi kesempatan bumi untuk memulihkan dirinya agar kembali bisa mendukung kehidupan manusia.(*)