SURON.CO – Kementerian UMKM bersama Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) meluncurkan program pengembangan dan replikasi model pembinaan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong UMKM masuk ke dalam rantai pasok industri nasional.
Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim, menyatakan bahwa YDBA telah menunjukkan keberhasilan dalam menerapkan metode pembinaan UMKM, khususnya di sektor otomotif. Menurutnya, langkah YDBA telah memberikan dampak nyata dengan melibatkan UMKM dalam rantai pasok industri besar, termasuk Astra.
“Apa yang sudah dikembangkan YDBA pada industri otomotif ini sangat nyata. Mulai banyak bermunculan usaha kecil yang menjadi bagian dari rantai pasok Astra. Ini bisa menjadi contoh bagi industri lainnya,” ujar Arif pada Selasa (7/1/2024).
Arif menambahkan, pendekatan YDBA sejalan dengan visi besar Pemerintah untuk meningkatkan partisipasi UMKM dalam rantai pasok industri. Saat ini, rasio partisipasi UMKM dalam rantai pasok baru mencapai angka 4,1 persen.
“Pemerintah juga berharap agar BUMN yang sudah besar dan memiliki rantai pasok tidak hanya mengimpor bahan dari luar negeri, tetapi juga turut membangun rantai pasoknya dari industri dalam negeri,” tegasnya.
Sebagai langkah konkret, Kementerian UMKM berencana mengadopsi metode pembinaan YDBA melalui program inkubasi di lima provinsi, yakni Sumatra Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Bali.
“Lima provinsi ini dapat dijadikan pilot project dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Sebagai contoh, di Kepulauan Riau bisa berfokus pada hilirisasi sektor perikanan, sementara di Bali pada sektor pariwisata,” kata Arif.
Ia juga menekankan pentingnya pembinaan yang mampu menciptakan wirausaha UMKM yang mandiri dan terhubung ke rantai pasok industri. Selain itu, ia berharap para pelaku UMKM dapat mengadopsi teknologi industri terkini untuk meningkatkan daya saing mereka.
Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, menyebut bahwa salah satu kelemahan sektor UMKM saat ini adalah belum terbangunnya rantai pasok yang kuat antara usaha kecil dan industri besar. Untuk itu, YDBA fokus pada penghubungan UMKM dengan ekosistem rantai pasok yang lebih besar.
“Yang dilakukan YDBA bersama seluruh industri di Astra adalah mendidik yang kecil terlebih dahulu, meningkatkan QCD (Quality, Cost, and Delivery) mereka hingga sesuai standar industri besar,” jelas Samulo.
Samulo menambahkan, metode pembinaan yang dikembangkan oleh YDBA dapat dijadikan referensi bagi sektor lain. “Ini menjadi hasil nyata dari kita mempertemukan UMKM dengan industri besar,” katanya.
Kolaborasi antara Kementerian UMKM dan YDBA diharapkan mampu menciptakan dampak signifikan bagi ekosistem UMKM di Indonesia. Dengan metode pembinaan yang terstruktur dan fokus pada integrasi rantai pasok, UMKM tidak hanya akan mampu bersaing, tetapi juga berkontribusi lebih besar pada ekonomi nasional.
Pemerintah optimistis bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, partisipasi UMKM dalam rantai pasok industri dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada produk impor.