SURABAYAONLINE.CO-Seorang fashion desainer kenamaan Karla Jasmina Angkawidjaja Surabaya juga tak bisa berdiam diri ketika melihat para dokter yang berada di garda terdepan mengenakan APD seadannya. Padahal baju pelidung bagi dokter yang menangani pasien corona adalah segala-galanya.
Karlina menceritakan bawah awal mula dia memproduski APD itu tanpa sengaja. Awalnya begitu mengetahui para tim medis di rumah sakit kesulitan masker maka dia langsung tergerak hatinya untuk membuat masker kain dan akan diberikan secara gratis di rumah yang membutuhkan.
Tetapi, begitu mengirim masker ke rumah sakit ia prihatin ternyata bukan hanya masker saja saja tetapi para tim medis juga membutuhkan baju APD. Ia ikut sedih sebab untuk melindgi dirinya para dokter maupun perawat sampai memakai tas kresek. “Saya desainer punya mesin jahit sekaligus dengan penjahitnya. Masak saya diam saja ketika melihat dokter menggunakan baju pelindung dari tas kresek sementara saya bisa membuatnya,” kata Karlina beralasan.
Baca Juga:Kisah Pejuang Kemanusiaaan Covid-19: Kirim Ratusan APD ke Seluruh Indonesia (1)
Karena baju APD tersebut yang dibutuhkan sangat banyak sehingga ia tak bisa melakukan sendiri. Lalu dia menggandeng teman-teman sesama fashion desainer serta UMKM jahit untuk bergabung menjadi satu membantu membuatkan baju APD. Dan ia bersyukur akhirnya ada 31 orang desainer Surabaya yang sanggup membantu.
Awalnya sebenarnya tidak punya target muluk-muluk yang penting bisa membantui. Sekecil apapun bantuan yang dia berikan pasti akan bermanfaat.
Ternyata makin lama kebutuhan akan APD semakin banyak sehingga ia dan kawan-kawannya para desainer tidak mungkin membiayai dengan uang pribadi. Akhirnya dia membuka diri untuk menerima donasi dari pihak luar.
Setelah ada tambahan dana tersebut ia kemudian mengandeng Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Unair 2013 (Ikafkunair 2013) untuk penyalurannya APD produksi dirinya dan teman-temannya yang lain. Soal bentuk APD, oleh Ikafkunair ia diberi satu contoh baju APD yang dibeli dari Wuhan, China, untuk dijadikan patron.
Dari satu contoh tersebut lanjut Karla, kemudian dibuat patron-nya. Dari patron tersebut kemudian dibuatlah sendiri dari kain yang ada. Patron tersebut saat ini ada di tangannya, dan siapa saja yang akan membuat baju APD dipersilahkan untuk menghubungi dirinya. “Kalau yang berada di luar pulau misalnya cukup melihat patron yang saya buat penjahit sudah pasti membuatnya,” jelasnya.
Menurut Karla, kalau APD dari Wuhan bahannya dari tiffex tapi bahan tersebut di Indonesia susah. Tetapi ia akhirnya menemukan satu jenis kain yang hampir sama dengan tiffex yaitu jenis taslan dan gortex. Karakter kain ini kedap air tetapi enak di pakai sehingga diasumsikan kuman tidak akan bisa menembus ke dalam. Untuk saat ini dia bersama teman-teman desainer sudah merampungkan sekitar 2000 set baju. Dengan rincian 1000 akan disumbangkan melalaui Ikakunair2013 danb 1000 set disalurkan ke lembaga Womenpreneur Surabaya.
Karla bersama 31 orang kawannya tersebut akan semaksimal mungkin membantu agar corona segera berakhir, pasien cepat sembuh dan dokter yang menangani semuannya baik-baik saja. Tetapi kalau corona ini masih panjang waktunya sementara uang yang didapat dari donatur habis maka kelak dia bersama kawan-kawannya sepakat dengan terpaksa akan tetap membuat baju APD tetapi cukup diganti harga pokok dan jahitnya saja sementara dia dan teman-temannay sama sekali tidak akan mengambil keuntungan. “Itu adalah cara kami kalau memang benar-benar terpaksa. Tapi kalau uang donatur masih ada maka kami tak akan memperjual belikan,” tambah Karla.
Bagi Karla wabah corona ini adalah musibah bersama, jadi harus saling membantu sesuai profesinya masing-masing. “Memang kalau dipikir kami semua kehilangan uang tapi kami semua tidak ingin kehilangan kemanusiaan. Toh, kemarin-kemarin kita sudah untung kok. Lagipula kalau corona ini tidak segera kelar, saya juga ikut susah karena tidak bisa segera bekerja,” papar Karla yang membuat ia bahagia akhirnya saling kenal antar desainer dengan lainnya.(bersambung)
Gandhi Wasono M.