SURON.CO, Kediri – Hariyanto (45) patut dicontoh. Warga Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri ini membudidayakan bonsai sejak tahun 2016 lalu. Kini telah membuahkan hasil dan beromzet jutaan rupiah untuk setiap bulannya.
Bermula dari hobi, usaha UMKM Harianto bisa pemasarkan bonsai hasil budi dayanya sampai ke Pulau Bali. Dengan memanfaatkan media sosial, tidak hanya Bali saja. Tapi hampir seluruh kota besar di Pulau Jawa ini sudah pernah menerima kiriman bonsai hasil budi dayanya.
Harianto mengatakan bahwa pembeli bonsainya datang tidak hanya dari Kediri saja. Tapi juga datang dari kota lain seperti Surabaya, Malang, Jakarta, hingga ke Pulau Dewata.
Menurut Harianto, tanaman bonsai yang ia budidayakan rata-rata berukuran sangat kecil hingga kecil. Ia sengaja membudidayakan bonsai berukuran sangat kecil atau mame dengan tinggi kurang dari 15 cm, hingga ukuran kecil atau small dengan ukuran 16-30 cm. Hal ini dikarenakan banyak pendatang baru atau peminat bonsai pemula.
Masih menurut Harianto, ada beberapa jenis tanaman untuk budi daya bonsai ini. Seperti saeng simbur Vietnam super mikro, waru, serut, cemoro, iprik, sakura mikro, asem, kulmus, bucida/zaitun, mentaos, dan yang lain.
Untuk mendapatkan bakalan bonsai, Hari mengaku mendapatkannya dari sesama penghobi dan pembudi daya bonsai, dengan cara saling tukar bakalan bonsai atau membeli.
“Saya menjual bonsai ini dengan harga bervariasi mulai dari harga Rp 50 ribu hingga paling mahal Rp 7 juta. Tergantung ukuran, jenis tanaman, hingga kematangan dari pohon bonsai itu sendiri,” kata pelaku UMKM ini.
Untuk membuat bonsai dari bahan hingga layak untuk jual, lanjut Harianto, dibutuhkan waktu paling singkat 8 bulan. Karena untuk membuat bonsai ukuran kecil dibutuhkan ketelatenan dan ketelitian. Pasalnya, lebih sulit dibanding membuat bonsai ukuran lebih besar dari small.
Sedangkan untuk perawatan, menurut Harianto, perlu ketelatenan. Seperti menyirami dengan air pagi dan sore. Termasuk pemberian pupuk, agar bonsai bisa tumbuh dengan baik.(*)