SURON.CO, Denpasar – STMIK Primakara mengadakan talkshow dengan tema Kupas Tuntas Strategi UMKM Masa Depan. Sesuai dengan tajuknya, talkshow ini bertujuan untuk menyiapkan bagaimana kesiapan UMKM dimasa digitalisasi kedepannya.
Ketika ditemui, Ketua STMIK Primakara I Made Artana mengatakan, sejak kurang lebih 4 tahun sebelum pandemi Covid-19, pihaknya sudah memikirkan bahwa di zaman digitalisasi ini kita semua punya PR untuk UMKM.
“Karena mereka memiliki potensi tertinggalkan ini orang pada on boarding di online dan UMKM ini yang mengalami kendala. Dan saat itu kita merancang satu mata kuliah yang kita sebut dengan digitalisasi UMKM,” jelasnya.
Metode mata kuliah digitalisasi UMKM ini dengan menerjunkan mahasiswa langsung untuk berinteraksi atau mendampingi UMKM ini selama satu semester dan itu pun ada syaratnya.
Setidaknya 8 kali mahasiswa ini harus berkunjung langsung ke UMKM yang bersangkutan dan membantu on boarding di media-media digital sesuai dengan kemampuan dan kondisi UMKM masing-masing.
“Kalau ternyata UMKM-nya skala mikro, maka yang paling penting mereka bisa masuk ke sosmed itu yang dilakukan oleh anak-anak. Di tahun ini ada 165 mahasiswa itu tersebar di 40 desa yang ada di 4 kabupaten melakukan pendampingan. Mungkin bukan hal yang bombastis atau canggih, tapi ketika itu bisa continue dilakukan oleh UMKM sudah sangat cukup itu target kita,” imbuhnya.
Sementara, TB. Fikri C. Satari selaku staf khusus Menteri Koperasi dan UMKM mengatakan, memang pihaknya ingin memfokuskan terkait dengan strategi digitalisasi UMKM namun disesuaikan dengan level usaha UMKM.
Menurutnya, jangan dipaksakan usaha micro langsung on boarding di e-commerce nasional atau e-commerce unicorn yang targetnya besar dengan kapasitas produksi terbatas.
“Itu menjadi tantangan buat UMKM terkait kualitas kita ingin pastikan dulu bertahap setelah next step-nya. Biasakan dulu dengan konsumen digital di medsos dulu mulai buat akun sosmed sendiri dulu bagaimana bisa berinteraksi. Bagaimana customer servicenya pelayanan purna jualnya dan seterusnya,” ungkap Fikri.
Setelah memiliki sosial media, baru UMKM dapat masuk ke e-catalog lokal. Sementara itu, dari 250 anggota asosiasi e-commerce Indonesia, UMKM unicorn terdapat 20 platform.
Sehingga yang ingin mereka dorong adalah untuk masuk dulu ke e-commerce lokal atau homogen yang produknya sejenis jadi mereka bisa terbiasa dan belajar. Sehingga pihaknya ingin pastikan UMKM ketika once on boarding ini bisa lebih sukses.(*)