SURON.CO, Surabaya – Universitas Ciputra (UC) menggelar diskusi publik bertajuk Membangun Kemampuan Digital UMK yang Berdaya Saing dan Inklusif di Daerah untuk melihat geliat industri digital di kalangan UMKM binaan Pemerintah Kota Surabaya.
Koordinator studi riset UMKM Aria Ganna Henryanto mengatakan, pelaku UMKM sebenarnya sudah mengenal e-commerce sebagai media penjualan. Hanya saja karena kebanyakan UMKM masih belum optimal dalam memanfaatkan digitalisasi tersebut.
“Kami bekerja sama selain dengan Pemkot juga CSIS dan Tokopedia, yang kami kerjakan untuk melakukan studi untuk kepentingan ketiganya dalam memetakan UMKM di Surabaya kemampuan digitalnya seperti apa,” katanya.
Pemkot Surabaya juga menetapkan target mendorong 30 juta UMKM untuk go digital pada tahun 2024. Hal ini didasari dengan kontribusi UMKM sekitar 61,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto dan menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja nasional pada 2023 lalu.
Sayangnya saat ini pemberdayaan teknologi digital masih tertinggal dari perkembangan dan peningkatan akses teknologi. Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2022 menunjukkan, pemanfaatan produktif teknologi digital masih rendah, bahkan di daerah dengan infrastruktur atau literasi digital yang baik.
“Audiensi ini tidak hanya mahasiswa, tetapi UMKM juga. Kami menyampaikan temuan kami, PR nya banyak. Mereka (UMKM) punya orientasi offline base, ketika pandemi mereka mulai beradaptasi tapi ketika sudah normal kembali lagi,” tambahnya.
Aria menegaskan, untuk melakukan digitalisasi terhadap UMKM diperlukan mindset yang tak pernah puas. Mereka memang dituntut untuk kreatif. Sehingga, pelaku UMKM ini harus selalu diberi pendampingan untuk terus tumbuh dalam dunia digital.
“Seharusnya never ending learning kalau online itu. Kalau mindsetnya cepat puas, ya enggak bisa. Culture di Surabaya lebih suka ke mal cangkruk, melakukan penetrasi di online itu kurang nyaman. Itu tidak bisa dibiarkan, kami create diskusi publik untuk melakukan pelatihan kepada mereka,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Dinkopdag Kota Surabaya Farida Fitrianing Arum menambahkan, Pemkot Surabaya telah bertekad melakukan pendampingan terus menerus terhadap pelaku UMKM.
“Kami di setiap kecamatan punya pendamping. Mereka yang dekat dengan teman-teman UMKM butuhnya apa? Kami sampaikan keluhannya. Kenapa gak tertarik sama online? Pendampingan itu kami juga kasih inside bahwa jangan cepat puas,” tambahnya.
Data yang dihimpun Dinkopdag Surabaya, kurang lebih 106 ribu UMKM di Surabaya. Dari data tersebut masih banyak yang memasarkan produknya secara offline.
“Kami sudah melakukan pendampingan sampai turun ke lapangan, bahkan sampai ke rumahnya. UMKM di Surabaya dinamis, bukan hanya produksi barang dan Industri rumah tangga, toko kelontong dan PKL (Pedagang Kaki Lima) itu kategori usaha mikro,” paparnya.(*)