Minke.id – Di tengah pedalaman Kalimantan Tengah, Puspo Rini, seorang guru seni berusia 34 tahun, telah membuktikan bahwa setiap individu dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan sambil melestarikan budaya. Dengan kreativitasnya, ia menyulap bahan bekas seperti karung dan kain perca menjadi kostum tari yang memukau. Karya-karya ini digunakan oleh siswi-siswinya dalam berbagai kompetisi seni, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Puspo Rini mengabdikan dirinya sebagai guru seni di PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP), salah satu anak usaha Astra Agro, sejak lebih dari satu dekade lalu. Wanita asal Yogyakarta ini mendirikan Sanggar Cendikia Astra, sebuah wadah yang mengajarkan Tari Dayak, Tari Nusantara, hingga Tari Kreasi modern-tradisional.
“Inspirasi saya adalah bagaimana seni budaya dan kesadaran lingkungan bisa berjalan bersama. Saya ingin anak-anak tidak hanya bangga dengan tradisi mereka, tetapi juga peduli pada lingkungan tempat mereka tinggal,” ungkap Rini.
Di awal pengabdiannya, Rini menghadapi tantangan besar. Jarak yang jauh dari pusat kota dan keterbatasan dana membuat pengadaan kostum tari menjadi masalah utama. Namun, alih-alih menyerah, Rini memanfaatkan bahan bekas di sekitarnya.
Dengan keuletan dan kreativitas, ia menciptakan kostum tari dari bahan seperti karung, kain perca, hingga limbah plastik. Karya tersebut tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga menyampaikan pesan kuat tentang keberlanjutan dan pentingnya mengurangi limbah.
“Kreativitas adalah kuncinya. Dengan bahan sederhana di sekitar kita, banyak yang bisa dimanfaatkan. Ini adalah langkah kecil untuk menjaga lingkungan,” jelasnya.
Berkat dedikasinya, berbagai penghargaan berhasil diraih oleh anak-anak didiknya. Mulai dari penghargaan di Kobar Expo hingga kemenangan di Festival Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bahkan, pada 2024, Sanggar Cendikia Astra mendapatkan apresiasi dari Astra International dan menampilkan koleksi baju daur ulangnya dalam acara Kick Off Astra Agro 2025.
Selain itu, dua sekolah binaan Astra Agro tempat Rini mengajar berhasil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan ini diberikan kepada sekolah yang berhasil mengintegrasikan kesadaran lingkungan ke dalam proses pendidikan.
“Penghargaan ini adalah hasil kerja keras bersama. Kami ingin anak-anak memahami bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab besar, tetapi juga bisa dilakukan melalui tindakan kecil yang konsisten,” ujar Rini.
Puspo Rini berharap langkah-langkah yang ia lakukan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk menerapkan hal serupa. Ia yakin bahwa seni dan kesadaran lingkungan dapat berjalan beriringan, membawa dampak positif bagi generasi muda dan lingkungan sekitar.
Menurut Staf Ahli Menteri KLHK, Nur Syarifah, program penghargaan seperti Sekolah Adiwiyata telah menjadi landasan penting dalam memperkuat kesadaran lingkungan di sekolah-sekolah Indonesia.
“Kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Sekolah menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar dan memahami pentingnya peran individu dalam menjaga lingkungan,” ujar Nur Syarifah.
Melalui Sanggar Cendikia Astra, Puspo Rini membuktikan bahwa seni tidak hanya tentang ekspresi budaya tetapi juga alat untuk edukasi dan pelestarian lingkungan. Dengan mengolah limbah menjadi kostum tari yang bernilai, Rini telah menyampaikan pesan penting: menjaga lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil yang penuh makna.
Ia berharap, melalui karya-karyanya, semakin banyak generasi muda yang mencintai tradisi sekaligus peduli pada keberlanjutan lingkungan. Puspo Rini, sosok inspiratif yang menjadikan seni sebagai jembatan menuju perubahan.