Minke.id – Sentralitas ASEAN, koordinasi, kolaborasi dan solidaritas antara kebijakan luar negeri dan ekonomi mewujudkan “Visi ASEAN 2045 : Masa Depan Kita Bersama” menjadi isu utama dalam Pertemuan Menteri-menteri Luar Negeri ASEAN (AMM’58), yang dibuka Rabu (9/7/2025) di Kuala Lumpur Convention Centre.
Kejelasan arah ASEAN di bawah kepemimpinan Malaysia tersebut merupakan tujuan ideal sekaligus keperluan praktis dalam menghadapi dunia yang semakin menantang.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyampaikan hal tersebut dalam pidato pembukaan AMM ke 58. AMM untuk pertama kali dilaksanakan AMM, berdasarkan Deklarasi Bangkok pada tahun 1967.
Pertemuan tersebut sebagai manifestasi kebertanggung-jawaban atas kerja sama politik-keamanan serta hubungan ASEAN dengan pihak-pihak eksternal di ASEAN. AMM bertemu setidaknya empat kali setahun dan dapat menyelenggarakan pertemuan khusus sesuai keperluan untuk membahas isu-isu yang memerlukan perhatian segera dari ASEAN. AMM secara berkala meninjau dan membahas upaya-upaya pembangunan Komunitas ASEAN, arah strategis masa depannya, serta pelaksanaan hubungan eksternal ASEAN.
Pada kesempatan menyampaikan pidato pembukaan AMM’58, Anwar Ibrahim ASEAN bergerak bersama dalam satu kesatuan.“Dari Sittwe hingga Merauke, dari Da Nang hingga Dili, kawasan kita dapat menjadi lebih damai dan lebih sejahtera, jika kita memiliki keberanian melihat ASEAN bukan sebagai negara yang bergerak secara paralel, tetapi sebagai satu komunitas yang bergerak dengan tujuan.” Sesuai dengan sesanti ASEAN : One Vision, One identity, One Cummunity.
“Ini merupakan seruan untuk menjadikan ASEAN sebagai komunitas yang strategis, bersatu, dan berwawasan ke depan, sejalan dengan tanggung jawab Malaysia sebagai ketua tahun ini,” tegasnya.
Oleh karena itu, gtambah Anwar, di bawah kepemimpinan Malaysia, ASEAN akan dikembalikan ke pusat geopolitik regional dan global, menguatkan integritas ekonomi regional, dan suara kolektif Asia Tenggara akan diangkat ke panggung dunia.
Komitmen ASEAN tentang Inklusivitas
Ia juga menjelaskan, kini ASEAN sedang menghadapi kehidupan global yang gamang. Ditandai oleh perang Ukraina, pendudukan dan genosida zionis Israel atas Gaza yang akan berdampak pada terjadinya konflik dan perang di kawasan Timur Tengah. Bila hal itu terjadi, kita akan menghadapi krisis energi yang berdampak ke berbagai hal. Di lingkungan internal, konflik yang terjadi di Myanmar, belum berakhir.
Anwar Ibrahim mengungkap, dia meminta bantuan Presiden Indonesia Prabowo Subianto untuk ikut terlibat meredam konflik di Myanmar. Secara spesifik, Anwar meminta bantuan Prabowo untuk mengerahkan intelijen militer Indonesia. Pengerahan itu dilakukan untuk menengahi setiap kelompok yang bertikai di Myanmar. Karenanya, Anwar berterima kasih kepada Prabowo atas kesediaan dan jasanya membantu meredamkan konflik internal di Myanmar yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Kepada para Menteri Luar Negeri peserta AMM ’58, Anwar Ibrahim meminta perancangan terbaik tentang aksesi Timor-Leste untuk menjadi anggota ASEAN ke-11, yang diperkirakan akan berlangsung Oktober mendatang. “Ini menunjukkan komitmen ASEAN terhadap inklusivitas dan harus segera diikuti dengan integrasi penuh ke dalam lembaga-lembaga regional,” katanya.
Searah dengan pernyataan Anwar Ibrahim, Menteri Luar Negeri Malaysia Muhammad Hasan mengemukakan, ASEAN telah berkembang pesat sejak didirikan, 58 tahun yang lalu. “Pada hari itu, lima pemimpin kita berkumpul untuk menanam benih-benih komunitas kita, dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok,” ungkapnya.
Hal tersebut merupakan titik balik utama dalam sejarah kawasan ini. Pada tahun 1967, ASEAN lahir di dunia yang didefinisikan oleh taktik nuklir, dan perang proksi yang terjadi di seluruh dunia.
“Di tengah ketegangan tersebut, menyatukan lima negara Asia Tenggara atas nama perdamaian merupakan tindakan visioner . Di dunia yang terpecah-pecah oleh konflik, para pendiri kita memilih untuk membangun jembatan, dan mengangkat multilateralisme'” tambah Muhammad Hasan.
Lantas ia mengemukakan, saat ini, kita menghadapi ancaman baru. Perubahan iklim. Teknologi dan informasi melalui media sosial yang mengganggu. Masyarakat yang terpecah belah akibat polarisasi politik dan ekonomi.
Dialog Politik Keamanan
Dalam mengejar tujuan ASEAN, Muhammad Hasan mengemukakan, Kepemimpinan Malaysia dipandu oleh aspirasi Inklusivitas dan Keberlanjutan. “Kita bertujuan memperkuat perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran regional, dalam kerangka kerja berorientasi masa depan yang berlandaskan pada nilai-nilai ini.”
Menlu Muhammad Hasan mengingatkan, beberapa minggu yang lalu di ruangan yang sama, para Pemimpin kita (Presiden dan Perdana menteri) menandatangani Deklarasi Kuala Lumpur tentang “ASEAN 2045: Masa Depan Kita Bersama,” dan mengadopsi Visi Komunitas ASEAN 2045.
Visi 20 tahun ini, ungkapnya, bertujuan untuk ASEAN yang tangguh, inovatif, dan berpusat pada rakyat. Perjalanan itu dimulai sekarang. Arah kita akan dipandu oleh Sentralitas ASEAN, yang memungkinkan kita membentuk arsitektur regional sesuai dengan keinginan kita.
Dengan kejelasan strategis ini, menurut Muhammad Hasan, ASEAN akan melibatkan 11 Mitra Dialog kita dalam Konferensi Pasca-Menteri yang akan datang, yang akan menjadi landasan bagi KTT ASEAN Plus Tiga dan Asia Timur. “Hal ini memastikan kerja sama ekonomi dan kepercayaan strategis berjalan beriringan,” ungkapnya.
“Kita juga akan menyelenggarakan Forum Regional ASEAN dengan tekad baru, yang menegaskan perannya sebagai platform utama kawasan untuk dialog politik-keamanan,” jelasnya kemudian.
Dia mengemukakan pula, “Prinsip-prinsip ASEAN dianut dengan baik di luar kawasan kita. Hari ini, kita menyambut Aljazair dan Uruguay sebagai penanda tangan baru Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama.”
Menurut Menlu Muhammad Hasan, pada hari Jumat (11/7/25), Malaysia akan menjadi tuan rumah Kerja Sama Keempat Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina, yang menegaskan kembali solidaritas ASEAN dengan rakyat Palestina. (sem)