Minke.id – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengajak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Kediri untuk tidak hanya fokus pada produksi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga mulai menciptakan produk bernilai tambah tinggi yang siap bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Pesan ini disampaikan dalam gelaran APEKSI Nite Carnival 2025 yang berlangsung meriah di Kota Kediri, Kamis (17/7/2025). Acara ini turut dihadiri Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati, Direktur Eksekutif APEKSI Alwis Rustam, serta perwakilan dari Kementerian Perdagangan.
“Perdagangan adalah tulang punggung perekonomian perkotaan. Perluasan peran UMKM dalam rantai nilai perdagangan akan membuka lapangan kerja dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat,” tegas Dyah Roro.
Wamendag Roro menekankan pentingnya kolaborasi antarwilayah, termasuk melalui festival UMKM dan promosi bersama. Menurutnya, sinergi antara pemerintah kota dan APEKSI perlu dimaksimalkan agar ekosistem bisnis antarwilayah semakin terkoneksi dan merata.
Ia mencontohkan program Gerakan Kamis Pakai Lokal (GASPOL) yang digagas Kementerian Perdagangan. Melalui program ini, setiap hari Kamis, seluruh pegawai Kemendag dianjurkan memakai produk local, mulai dari busana, aksesoris, tas, hingga alas kaki.
“Ini adalah bentuk nyata membangkitkan kebanggaan terhadap produk dalam negeri dan memperkuat permintaan domestik,” tambahnya.
UMKM Jawa Timur Jadi Motor Ekonomi Daerah
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, lebih dari 15% UMKM nasional berada di Jawa Timur, dengan total sekitar 10 juta unit usaha. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini mencapai lebih dari 50%.
Untuk mendorong ekspansi pasar, Kemendag telah menggelar 356 pertemuan bisnis internasional sepanjang Januari–Juni 2025 dengan 33 negara mitra, menghasilkan potensi transaksi senilai USD 87,04 juta. Sebanyak 609 pelaku UMKM ikut serta dalam sesi pitching dan business matching tersebut.
Dalam kunjungannya ke Pasar Grosir Buah dan Sayur Ngronggo, Wamendag berdialog langsung dengan para pedagang. Ia mengapresiasi kebersihan dan peran vital pasar sebagai pusat distribusi komoditas hortikultura untuk kawasan Kediri dan sekitarnya.
Wamendag mendorong pedagang untuk mengadopsi sistem pembayaran digital menggunakan QRIS dan mulai membuka akses ke pasar daring.
“Dengan QRIS, pembeli tidak perlu bawa uang tunai dan penjual bisa mencatat transaksi lebih mudah. Bahkan, bisa buka toko online untuk memperluas jangkauan,” ujarnya.
Pasar Ngronggo sendiri menempati area seluas 31.000 meter persegi, menjadi hub utama komoditas hortikultura dari berbagai daerah, seperti Blitar dan Malang.
Sementara itu, pantauan Kemendag melalui Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) per 17 Juli 2025 menunjukkan harga pangan relatif stabil, bahkan beberapa komoditas seperti MINYAKITA, bawang putih, dan gula pasir mengalami penurunan harga.