SURON.CO, Surabaya – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) telah menentukan arah kebijakan dan langkah strategis dengan tetap meningkatkan pertumbuhan bisnis, inovasi teknologi, dan efisiensi. Bank Jatim membidik perolehan paba bersih mencapai Rp 1,65 triliun, dengan pertumbuhan kredit hingga 18 persen pada tahun 2023.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyampaikan, prospek ekonomi global mengalami penurunan yang dipengaruhi inflasi yang semakin persisten, pengetatan kebijakan moneter, dan perang di Ukraina. Perkembangan risiko ekonomi global telah mengganggu aktivitas manufaktur global, setelah dua tahun terakhir dalam level ekspansi.
Sektor keuangan global juga mengalami tekanan yang diperlihatkan adanya kenaikan imbal hasil dan penguatan dolar AS akibat pengetatan kebijakan moneter. Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap stabilitas ekonomi nasional. Namun masih tetap terkendali dan relatif lebih baik dibandingkan peer countries.
“Pemerintah akan tetap waspada dan memperhitungkan perkembangan atas berbagai risiko, mengoptimalkan peran APBN untuk menjaga momentum pemulihan, dan juga memperkuat koordinasi global,” ungkap Busrul dalam Laporan Keuangan Tahun 2022, , Minggu (26/3).
Dia menerangkan, perkiraan 5,3 persen untuk pertumbuhan ekonomi nasional cukup realistis dengan mempertimbangkan dinamika pemulihan menuju kinerja perekonomian yang lebih akseleratif. Meski demikian, risiko ketidakpastian yang terus membayangi mesti juga diantisipasi.
Busrul menerangkan, perekonomian di Jawa Timur diperkirakan tumbuh 3,45 persen sampai 5,15 persen pada tahun 2023. Proyeksi ini didorong dengan semakin terkendalinya andemi Covid-19, sehingga mobilitas masyarakat bergerak ke arah normal.
Ke depan, sambung dia, arah pengembangan digitalisasi industri perbankan diperkirakan akan semakin pesat. Hal ini seiring dengan dikeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.3/2021 tentang Bank Umum yang mengakomodir Bank Digital.
“Mempertimbangkan hal tersebut, kebijakan dan langkah strategis Bank Jatim diarahkan pada peningkatan pertumbuhan bisnis pasca pemulihan pandemi Covid-19, perbaikan dan optimalisasi bidang teknologi informasi yang berfokus pada keunggulan internal,” jelas Busrul.
Beberapa inisiatif yang dilakukan di antaranya memastikan kesiapan infrastruktur digital, pengembangan bisnis dengan menjalin kolaborasi bersama marketplace dan fintech, serta memperluas cakupan jaringan kantor. Saat ini, tingkat permodalan Bank Jatim juga relatif tinggi, termasuk sinergi yang dijaga baik bersama pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten-kota.
Dengan memanfaatkan keunggulan internal yang dimiliki tersebut, Bank Jatim optimistis memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Apalagi potensi pangsa seperti ASN dan UMKM masih cukup besar. Adanya program pengembangan ekonomi berbasis kewilayahan di Jawa Timur juga menjadi potensi tersendiri.
Adapun dalam rencana keuangan, penyaluran kredit Bank Jatim dicanangkan tumbuh 18,49 persen menjadi Rp 54,74 triliun di tahun ini. Nilai kredit itu punya ruang untuk terus tumbuh dengan potensi pasar di Jawa Timur, selaras dengan kecukupan likuiditas tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) di posisi 56,50 persen pada 2022 yang diperkirakan akan naik menjadi 57,98 persen di tahun 2023.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Jatim coba mempersempit gap penghimpunan Bank BJB. Bank Jatim menargetkan DPK akan melesat 15,49 persen pada tahun 2023 menjadi sebesar Rp 94,41 triliun. Asumsi ini tetap diikuti dengan rasio dana murah (CASA) di atas 60 persen.(*)