Oleh: Gatot Sundoro
Minke.id – Usman bin Affan lahir sekitar tahun 574 M, lahir dari ibunda bernama: Arwa binti Kuray bin Rabiah yang berasal dari bani Abd Sham, sedangkan ayahnya bernama : Affan bin Abi al-As, berasal dati bani Ummaya.
Usman adalah menantu Nabi saw dan mendapat julukan ‘Dzun Nurain’ (Pemilik dua cahaya) karena menikahi dua putri Nabi Muhammad saw, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah saw menikahkan putrinya, Ummu Kultsum dengan Usman.
Usman terlahir dari keluarga saudagar yang sukses dan sejahtera dan dikenal sebagai pribadi yang lembut dan murah hati, saat hijrah ke Madinah, jiwa pedagang melekat pada dirinya.
Kisah yang menonjol yaitu saat dia membeli sebuah sumur dari seorang Yahudi. Si Yahudi kikir ini menjual dengan harga yang sangat tinggi; itupun dengan syarat fifty fifty, sehari untuk Yahudi yang menjual air nya dengan harga tinggi, sehari besuknya untuk Usman.
Si Yahudi kikir menjual air kepada umat muslim dengan harga yang tinggi; besuknya giliran Usman memberikan air secara gratis, penjualan air si Yahudi tidak laku lagi, karena penduduk Madinah memiliki persediaan air disaat pemilikan sumur itu giliran menjadi milik Usman, begitu seterusnya. Akhirnya si Yahudi menjual separuh kepemilikannya kepada Usman.
Usman pun mewakafkan sumur itu, yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Usman seorang pribadi yang pemalu, sehingga disegani oleh para malaikat.
Dikisahkan, saat Nabi saw berbaring dengan bagian gamisnya sedikit terangkat, sehingga sebagian betisnya terlihat. Posisi tersebut tetap saat menerima tamu Abu Bakar, lalu Umar bin Khattab. Namun saat menerima tamu Usman bin Affan, segera Nabi saw mengubah posisi duduknya, sehingga betisnya tertutup.
Ketika masalah tersebut ditanyakan Aisyah, Nabi saw menjelaskan:” Usman seorang yang pemalu, bila dia masuk, sedangkan aku dengan posisi berbaring, pasti dia malu untuk masuk dan akan segera pamit pulang, padahal dia belum menyelesaikan keperluannya. Wahai, Aisyah, tidakkah aku patut malu kepada seseorang yang para malaikat malu (segan) kepadanya?”