SURABAYAONLINE.CO, GRESIK – Kabar kalau warga Gresik sulit mendapatkan kerja, terbantahkan. Karena warga Gresik masih mendominasi industri formal di Kota Pudak.
Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gresik tahun 2020, menyebutkan jumlah pekerja di Gresik184.584 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 123.604 orang di antaranya ber-KTP Gresik.
“Sementara dari luar Gresik hanya 60.880 orang atausekitar 35 persen. Ini sekaligus menjawab isu yang katanya banyak warga luar Gresik bekerja di sini.,” jelas Dokter Alif sat bertemu komunitas emak emak Kecamatan Sidayu.
Selain sektor formal, masih ada sektor nonformal. Dari data yang disampaikan BPS Sakernas pada Agustus 2019, jumlah warga Gresik yang bekerja di sektor ini ada 620.883 orang.
Sedangkan jumlah angkatan kerja tercatat 657.273 orang, tingkat partisipasi kerja mencapai 65,64 persen sedangkan angka pengangguran hingga awal 2020 lalu hanya 5,53 persen.
“Tingkat kesempatan kerja sekitar 94,46 persen, artinya peluang untuk bekerja cukup besar dibandingkan daerah lainnya. Tugas saya bersama Pak Qosim adalah mengurangi angka pengangguran dengan program Kartu Gresik Bangkit,” terang Dokter Alif.
Dijelaskan, pandemi yang terjadi secara global sangat berdampak pada kenaikan pengangguran karena banyak industri yang tutup hingga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Untuk itu, kata dokter Alif, pasangan Qosim-Alif akan menghidupkan program pelatihan bagi warga Gresik yang belum bekerja, agar bisa mandiri berwirausaha.
“Ingat ibu-ibu bekerja itu tidak hanya di kantor atau pabrik mencari pendapatan bisa dilakukan melalui kewirausahaan poduk UMKM.
Kami bantu pasarkan melalui market place, online shop serta pasar konvensional di toko modern. Jadi kalau nanti toko modern seperti Alfamart, Indomart, Hypermarket, Transmart tidak mau menjual barang produk UMKM Gresik, izinnya tidak kita perpanjang,” jelas politisi yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Gresik ini. (san)