SURABAYAONLINE.CO – Pihak kolonial Belanda di Surabaya membangun fasilitas kota guna memberikan kenyamanan bagi orang-orang Eropa layaknya di negeri sendiri. Salah satu fasilitas hiburan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda di kota Surabaya adalah Simpangsche Societieit.
Balai Pemuda atau Simpangsche Societeit dibangun pada tahun 1907, dengan fungsi sebagai tempat hiburan yang terkenal pada masanya. Simpangsche Societeit dibangun sebagai klub termewah di Surabaya pada awal abad ke-20. Tempat ini memiliki tingkat eksklusivitas yang tinggi karena bangunannya megah dan mewah seperti lantai dansa yang beralaskan marmer.
Simpangsche Societeit menciptakan berbagai pemaknaan simbol yang terkait erat dengan kekuasaan di Surabaya. Pada awal pendiriannya, Simpangsche Societeit diartikan sebagai simbol masuknya budaya barat sebagai implikasi berkuasanya pemerintah kolonial pada saat itu. Sebaliknya bagi masyarakat pribumi bangunan ini diartikan sebagai simbol dominasi penguasa.
Balai pemuda dulunya adalah tempat berkumpulnya para orang belanda yang menggelar pesta, pusat pertmuan yang bersifat informal bagi kalangan elit Belanda dan Eropa yang bertujuan untuk menjalin komunikasi, tempat rekreasi, pesta dansa dan minum-minuman keras serta menimti kesenian atau hiburan modern yang bersifat elitis dan eksklusif.
Menurut Suparto Brata, orang-orang Belanda mempunyai kecenderungan individualis terhadap masyarakat di sekitarnya. Mereka hanya ingin bersosialisasi dengan komunitasnya saja disebuah tempat bernama club. Setelah kemerdekaan gedung ini beralih fungsi sebagai markas pemuda untuk melawan penjajahan jepang.
Saat ini balai pemuda lebih difungsikan sebagai tempat belajar seni dan budaya, serta program-program yang memperkenalkan berbagai tempat wisata dan bersejarah menjadikan gedung ini memiliki jumlah kunjungan yang semakin meningkat baik dari masyarakat Surabaya maupun luar kota Surabaya. Gedung balai pemuda tetap berfungsi untuk para pemuda namun bukan melawan penjajah tetapi melawan kebodohan dan kemiskinan.
Upaya pelestarian dilakukan bukan hanya perawatan dari segi fisik saja melainkan juga dari segi pembangunan sumber daya manusia (SDM), hal itu terbukti dengan adanya berbagai fasilitas dan program yang disediakan. Masyarakat dapat ikut andil dalam pelestarian bangunan bersejarah dengan mengadakan pameran dan acara-acara kebudayaan lainnya. Pihak UPTD Balai Pemuda bekerjasama dengan Linmas sebagai penegak kedisiplinan bagi pengunjung.
Adanya pembangunan proyek alun-alun bawah tanah yang menghubungkan balai pemuda dan jalan yos sudarso memiliki pengaruh bagi struktur bangunan. Perawatan yang maksimal dilakukan pihak balai pemuda dalam melindungi keaslian struktur bangunan.
Setelah adanya kejadian kebakaran besar di gedung serbaguna balai pemuda, pihak pemkot melakukan banyak pemugaran yang bertujuan tetap menjaga dan memperindah tatanan gedung balai pemuda. Letak dari bangunan Balai Pemuda cukup strategis, jika terjadi kerusakan di bagian eksterior bangunan maka akan mudah terlihat oleh pengendara dan masyarakat yang melawati bangunan ini. (Windi)
Baca Artikel tentang sejarah Indonesia, khususnya Surabaya, Setiap Minggu Pukul 15.00 hanya di surabayaonline.co