SURABAYAONLINE.CO- Cinderella merupakan salah satu kisah atau dongeng yang sangat populer. Menceritakan seorang perempuan yang mengalami kondisi menyedihkan serta menyentuh hati. Namun, akhir dari dongeng tersebut berakhir dengan bahagia.
Kisah Cinderella yang disulap menjadi menawan oleh seorang peri lalu ketinggalan sepatu kacanya saat menghadiri undangan pesta dansa tak seindah kenyataannya dalam dunia psikologi.
Dalam sebuah buku berjudul “The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence” (1981) yang ditulis oleh seoramg psikiater Collete Dowling, menjelaskan dalam bukunya bahwa Cinderella Complex merupakan kondisi mental yang seringkali diidap oleh perempuan, dimana perempuan tersebut mengalami ketergantungan terhadap orang lain, terutama laki-laki.
Cinderella Complex adalah sebuah kecenderungan psikis pada perempuan yang ditunjukan berupa keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain.
Penderita yang mengidap Cinderella Complex memiliki sikap mudah takut dan tertekan sehingga mereka tidak berani memanfaatkan kemampuan dan kreativitas yang dimiliki. Seperti halnya dongeng Cinderella yang menunggu kedatangan pangeran untuk melindungi dan menolongnya dari kesengsaraan, penderita Cinderella Complex juga memiliki keyakinan bahwa dia tidak dapat melakukan sesuatu sendiri, hanya orang lain yang dapat menolongnya.
Masalah Cinderella Complex hampir ditemui di kehidupan sehari-hari. Banyak perempuan yang sekilas tampak bersikap penuh semangat, tegar, dan sukses. Namun, sebenarnya mereka sangat mendambakan cinta, pertolongan, dan perlindungan dari orang lain.
Sebenarnya Cinderella Complex masih memiliki hubungan dengan problematika kesetaraan gender karena adanya perbedaan pandangan mengenai peran perempuan dan pria dalam kehidupan sosial, maka seolah-seolah nilai yang ada pada masyarakat menyiratkan bahwa perempuan dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri dan pasti membutuhkan pria.
Meskipun Cinderella Complex belum secara resmi diakui sebagai kondisi psikologis, tetap saja kondisi mental tersebut merupakan sebuah konsep menarik yang perlu diingat dan bisa menjadi penjelasan atas kondisi psikologis beberapa perempuan di dunia.
Cinderella Complex mengarah pada perilaku yang tidak efektif dalam pekerjaan, merasa cemas akan kesuksesan, hingga pada tahap ketakutan bahwa kemandiriannya akan menghilangkan esensi feminitas dirinya sebagai seorang perempuan.
Terperangkap dalam kondisi tersebut menyiratkan kondisi emosional yang terganggu akibat kecenderungan membutuhkan orang lain. Lebih parah lagi, kecenderungan tersebut bisa mengakibat ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri yang sebenarnya.
Oleh karena itu, menjadi penting sekali untuk menghilangkan Cinderella Complex sebagai upaya dalam memaksimalkan potensi diri. Para pakar psikologis percaya bahwa syndrome ini dapat hilang apabila memunculkan keyakinan dan keberanian pada diri sendiri, utamanya terhadap perempuan.
Akhir dari artikel ini tidak memberikan tips dalam memunculkan keberanian atau kemandirian pada seseorang. Karena pada dasarnya, kondisi mental yang terus berlanjut dapat sembuh bila penderitanya memiliki keinginan kuat untuk keluar dari lingkaran setan tersebut. Jadi, silahkan untuk mandiri agar bisa berani! (Vega)