Minke.id – Di ujung timur Kabupaten Blitar, tepatnya di Pasar Templek, Desa Ploso, Kecamatan Selopuro, geliat ekonomi masyarakat terus tumbuh berkat kekuatan jajanan tradisional. Setiap pagi, pasar ini ramai oleh transaksi antara produsen dan pemasar aneka kue khas Nusantara yang kini menjadi ikon desa tersebut.
Jajanan seperti bikang, cucur, klepon, nagasari, putu ayu, hingga risoles menjadi sajian favorit yang diproduksi langsung oleh warga setempat. Keberadaan Paguyuban Sari Roso yang beranggotakan warga Desa Ploso sejak 2012, menjadi motor penggerak utama dalam menjaga kekompakan dan kelestarian usaha mikro ini.
Pasar Templek bukan sekadar tempat jual beli, tapi juga rumah bagi pelaku usaha mikro yang mengandalkan kekompakan dan kejujuran dalam membangun ekonomi bersama. Setidaknya terdapat 150 keluarga yang fokus sebagai produsen jajanan tradisional dan sekitar 50 warga lainnya bertugas memasarkan produk tersebut ke berbagai penjuru Blitar Raya.
“Semakin pagi, semakin lengkap pilihannya. Cucur favorit saya, dan di sini rasanya masih otentik,” ujar Sukarti, pelanggan setia yang rutin berbelanja di Pasar Templek.
Jajanan khas Desa Ploso tidak hanya dikenal di pasar lokal, tapi juga tersebar ke berbagai pasar tradisional lain di wilayah Blitar Raya. Para pemasar menggunakan sepeda motor dengan rombong khusus untuk menjangkau pasar-pasar di luar desa.
Keterlibatan banyak pihak dalam paguyuban, mulai dari produsen hingga pemasar, menunjukkan bahwa jajanan tradisional bukan sekadar makanan nostalgia, tapi juga penggerak utama potensi ekonomi masyarakat Blitar bagian timur.
Dengan kekompakan yang telah terjaga lebih dari satu dekade, pelaku UMKM di Pasar Templek berharap pemerintah daerah terus memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan, pengemasan, hingga digitalisasi pemasaran. Ini menjadi peluang besar untuk memperluas pasar dan menjadikan produk lokal naik kelas.