Minke.id – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, menegaskan bahwa literasi digital telah menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurutnya, penguasaan teknologi digital akan sangat menentukan daya saing UMKM di tengah perubahan pola bisnis yang semakin cepat.
“Literasi digital itu bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Kalau UMKM tidak segera beradaptasi, mereka akan tertinggal,” ujar Adik dalam Dialog Sinergitas Peningkatan Literasi Masyarakat bertema Transformasi Digital dalam Perdagangan: Peluang dan Tantangan di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Kamis (28/8/2025).
Adik mengungkapkan, jumlah UMKM di Jawa Timur saat ini mencapai lebih dari 9,7 juta unit, atau sekitar 57 persen dari total UMKM nasional. Namun, baru sebagian kecil yang benar-benar memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran, manajemen keuangan, hingga akses permodalan.
Padahal, peluang ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Pada 2025, nilai transaksi ekonomi digital diperkirakan mencapai Rp2.100 triliun, tetapi kontribusi UMKM masih jauh di bawah potensi maksimalnya.
“Bayangkan kalau UMKM kita bisa memanfaatkan e-commerce dan layanan keuangan digital secara optimal, kontribusinya terhadap ekonomi Jawa Timur akan melonjak signifikan,” jelasnya.
Untuk itu, Kadin Jatim berkomitmen menghadirkan berbagai program pendampingan dan pelatihan literasi digital bagi UMKM. Program ini akan dijalankan melalui sinergi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan sektor swasta.
“Kami ingin UMKM di Jawa Timur tidak hanya bertahan, tapi juga naik kelas. Dengan literasi digital, mereka bisa lebih produktif, memperluas pasar, dan mampu bersaing,” tegas Adik.
Dari sisi pemerintah, Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, menekankan pentingnya literasi digital bukan hanya untuk perdagangan, tetapi juga perlindungan masyarakat dari hoaks.
Data Kemenkominfo menunjukkan 72,6 persen masyarakat Indonesia masih mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi. Sementara riset APJII mencatat, media sosial menjadi kanal paling rawan penyebaran informasi palsu.
“Karena itu, peningkatan literasi digital menjadi fokus serius Pemprov Jatim agar ruang digital tetap sehat dan masyarakat lebih tangguh menghadapi arus informasi,” tegas Sherlita.
Anggota Komisi A DPRD Jatim, Fredi Purnomo, menambahkan bahwa digitalisasi tidak hanya mendukung perdagangan, tetapi juga melindungi masyarakat dari konten digital berbahaya.
Sementara itu, Ageng Permadi, Ketua DPD Aptiknas Jatim, mengingatkan bahwa transformasi digital adalah proses berkelanjutan. “Yang bertahan bukan yang terbesar, tapi yang paling cepat beradaptasi. Transformasi digital tidak pernah selesai. Kalau merasa sudah di garis akhir, pasti akan tergilas,” ujarnya.
Ageng menekankan bahwa inti transformasi digital ada pada konsumen. Pola perilaku pelanggan kini banyak dipengaruhi algoritma digital, yang menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi UMKM untuk memanfaatkan marketplace, media sosial, hingga sistem pembayaran digital.
Dengan dukungan Kadin Jatim, Pemprov, DPRD, hingga asosiasi teknologi, literasi digital diyakini menjadi kunci agar UMKM Jawa Timur mampu naik kelas, memperluas pasar, serta memperkuat posisi dalam persaingan global.