SURABAYAONLINE.CO, Sumenep – Kordinator aksi demontrasi yang menuntut pengurangan biaya wisuda, menanggapi pernyataan Rektor Universitas Wiraraja, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur disalah satu media pemberitaan yang terbit pada tangal 21/11 kemarin.
Dimana dalam pemberitaan tersebut, termuat pernyataan rektor Unija, yang menganggap demonstrasi calon wisudawan-wisudawati di depan gedung Rektorat sebagai sesuatu yang berlebihan dan “lebay”.
Menurut Korlap aksi Muhammad Sholeh, respon atau pernyataan Rektor Unija terhadap aksi demonstrasi. Merupakan ciri sebuah kampus yang anti kritik dan anti demokrasi. Padahal menurutnya kampus sebagai ruang demokrasi seharusnya mengapresiasi kritik mahasiswa dan dilindungi oleh konstitusi sebagai kebebasan berekspesi. Bukan malah menstigmaisasi sebagai sesuatu yang berlebihan atau lebay.
“Kampus yang anti terhadap kritik dan menstigmaisasi demontrasi dengan kata labay, itu menunjukkan kampus anti anti demokrasi, dan pimpinan kampus Unija khususnya rektor seharusnya lebih bijak dalam menanggapi aksi yang dilakukan calon wisudawan, apa yang disampaikan rektor sebenarnya tidak mencerminkan sebagai seorang terdidik atau akademisi,” tegas sholeh
Sholeh juga menilai kampus sebagai institusi pendidikan, dimana tempat kaum intelektual tinggal dan belajar harus memiliki sensitifitas terhadap situasi sosial yang sedang terjadi di masyarakat sebagai tanggung jawab akademik. Saat ini masyarakat sedang dalam kesulitan termasuk orang tua calon wisuda yang terdampak karena pandemi Covid-19. Ia juga menyampaikan seharusnya masalah yang sedang dihadapi masyarakat itu menjadi basis dari pengambilan kebijakan oleh Rektor beserta jajarannya.
“Rektor harus melihat kondisi hari ini ditengah kesulitan ekonomi, dan melihat dengan nuraninya kondisi orang tua calon wisuda yang berprofesi sebagai petanai,” nilainya
Selain itu ia menyampaikan, harusnya Rektor Unija mengkaji tuntutan mahasiswa. Bukan malah membiaskan masalah dengan membangun opini yang sebenaranya jauh dari substasi tuntutan mahasiswa. Selain itu menurut Shoeleh apa yan dilakukan oleh Rektor Unija sama sekali tidak memberikan solusi.
Ia juga menambahkan, kalau bukan karena dalam situasi sulit mahasiswa tidak mungkin melakukan demonstrasi ke kampus almamaternya. Hal ini menurutnya juga sebagai kontribusi nyata untuk membangun daya kritis didalam kampus. Dan menjalani kewajiban sebagai insan intlektual
“Itu bukan solusi dari problem ini sebab kami tidak akan aksi dikampus seandainya orang tua kami tidak dianiaya secara terang terangan,” tutupnya
Sebelumnya mahasiswa tingkat akhir Universitas Wiraraja pada tanggal 19/11/2020 melakukan demonstrasi, menuntut pengurangan biaya wisuda yang dinilai calon wisuda terlalu mahal ditengah situasi pandemi. Padahal wisuda tahun 2020 ini dilaksanakan secara daring. (Thofu)