SURON.CO, Tulungagung – Azama Muhammad Khoirudin alias Jack Starfish (23) telah berhasil mengembangkan budi daya ikan hias Mas Koki . Pelaku UMKM ini mampu meraup pendapatan miliaran rupiah hanya beberapa bulan saja.
“Sejauh ini permintaan ikan Mas Koki Tulungagung sangat bagus. Pencapaian tertinggi selama enam bulan pernah mencapai Rp 1,5 miliar kotor. Sekarang produksi ikan tetep lancar.Penjualan cukup normal,” kata pria asal Desa Wajaklor, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung
Dia mengaku bergelut dengan hobi ini berjalan 6 tahun.Menurutnya, budi daya ikan hias adalah bisnis yang dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarganya.
“Kami rintis pembudidayaan ikan Mas Koki ini sejak tahun 2016 lalu. Sampai sekarang permintaan cukup tinggi sehingga tidak sendiri. Harus bekerja sama dengan peternak ikan lainnya,” ujarnya.
Dia mampu menjual ikan hias ke seluruh wilayah Indonesia hingga menyasar permintaan pasar ekspor dari Vietnam. Harga jualnya cukup fantastis. “Saat ini fokus memenuhi permintaan pasar dari Vietnam, pengiriman 2 bulan sekali. Kirim paling banyak hanya 15 ekor saja, harga per ekor Rp 4 juta,” papar Jack, sapaan akrabnya.
Digitalisasi adalah sarana promosi untuk memperluas jangkauan pasar dengan memanfaatkan platform digital dan media sosial yang ada. “Dengan marketplace jangkauan pasar bisa kita dapatkan lebih luas. Kami juga menjual melalui Facebook, Instagram dan lainnya,” tutupnya.
Jaringan konsumen dari Indonesia yang berhasil disasar adalah seluruh Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Ternate, dan lainnya. “Insyallah dari Sabang sampai Merauke sudah pernah kirim.Hampir seluruh provinsi ada pembelinya,” tambahnya
Dari beberapa wilayah provinsi itu, permintaan tertinggi adalah Medan, Pontianak, Lombok, Batam, Pangkalpinang, Tanjungpandan, Manado serta Jayapura. “Di waktu pandemi, permintaan tertinggi adalah Jayapura. Padahal estimasi biaya kirim mencapai Rp 2 juta lebih. Kalau sekarang Medan,” imbuh Jack
Jack Starfish menjelaskan, ada lima jenis ikan yang dibudi daya. Di antaranya adalah koki Oranda, Mutiara, Rancu, Riokin, dan Mata Kantong Balon. “Dari beberapa jenis itu terbagi menjadi beberapa macam turunan dan warna khasnya. Harganya pun tidak sama,” jelasnya
Lanjut dia, patokan satuan harga ikan itu tergantung pada jenis, ukuran, dan grade. Kalau ikan masuk jenis grade A maka harga tergantung penjual. Sedangkan grade C maka harga jual mengikuti harga pasar.
“Ikan yang bagus biasanya punya kategori tersendiri. Harga tergantung penjualnya. Bisa jadi sangat lebih mahal dibandingkan dengan ikan yang masuk di grade C,” ungkapnya.(*)