SURON.CO, Mojokerto – Nama yang unik menjadikan jenis kue onde-onde satu ini digemari pembeli. Itu karena sensasi kress ketika mengigit. Sesuai dengan nama yang diberikan.
’’Onde-onde saya ini kebetulan namanya onde-onde kress. Jadi kalau baru itu kress, kalau sore itu mulur kalau di makan, bukan atos. Soalnya kulitnya tipis, jadi kalau baru goreng, terus di makan itu langsung kress. Untuk itu, saya beri nama onde-onde kress,’’ ungkap Viva Damayanti.
Perempuan 44 tahun ini menjadi pembuat kue onde-onde kress sejak 2015. Produksinya banyak dilempar ke lapak-lapak penjual kue. Selain itu, dirinya juga menerima pesanan dengan minimal 30 biji.
’’Saya buat sendiri, kemudian dikirim ke lapak-lapak. Sedangkan untuk pemesanan saya paling minim saya target 30 biji, kalau di bawah itu saya gak bisa. Kalau pagi pesan 5 atau 10 biji bisa, soalnya kan saya buatnya pagi. Kalau siang pesan 5 biji gak bisa, soalnya saya gak punya ready stok, hanya pembuat,’’ jelasnya.
Onde-onde bikinan Viva tanpa menggunakan pengawet makanan. Itu dilakukannya untuk menjaga citarasa onde-onde. ’’Kalau makanan biasanya tahan lama, kalau saya enggak. Buat pukuh 2 pagi, sore biasanya ada yang sudah bau. Jadi tanpa tambahan pengawet makanan,’’ jelasnya.
Harga yang ditawarkan cukup murah bagi pembeli, yakni dijual Rp 2.000 per biji. Tetapi berbeda ketika di lapak-lapak harganya Rp 2.500. Untuk pemesanan juga menggunakan harga yang sama. ’’Dari saya per bijinya 2000, kalau di lapak 2.500,’’ ujarnya.
Selama 9 tahun menggeluti usaha tersebut membuatnya bisa berkembang. Tiap tahun, omzet usahanya mengalami kenaikan. ’’Setiap hari selalu buat 200 biji untuk diberikan di lapak-lapak. Satu lapaknya biasanya 10 biji, gak langsung 200 biji. Dulu, pertama jualan kerupuk rambak. Tapi, semakin hari, bahannya semakin mahal, sedangkan penjualannya masih murah Rp 400,” ceritanya.
Viva sempat berupaya menaikkan harga, tapi konsumen tidak berkenan. Padahal, harga bahan baku semakin mahal.
’’Kemudian saya banting setir jualan pilus yang dari telo. Semakin hari juga gitu telo makin mahal. Harganya tak naikkan orangnya gak mau. Terus saya coba-coba. Nah. kebetulan sentanan ini kan kampung jajanan, terus akhirnya coba jualan onde-onde. Alhamdulillah, lancar dan sampai sekarang menjadi mata pencaharian,’’ bebernya.(*)