SURABAYAONLINE.CO– Indonesia punya kekayaan alam melimpah, salah satunya adalah kemiri yang ada di Desa Pakuan Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kalau hanya biji kemiri saja maka nilai ekonomisnya rendah, namun jika sudah menjadi minyak lain ceritanya.
Karena itu tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) dan tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang alat pengolah biji kemiri menjadi minyak kemiri.
Perancang teknologi tepat guna ini tim Abmas dan KKN terdiri dari delapan mahasiswa dibimbing dosen Dedy Zulhidayat Noor ST MT PhD. Mereka adalah Fitra Bagus Hendi Prabowo, Ngurah Gatot Saguna Wijaya, Mohamad Tedi Prasetiyo, Aditya Yoga Eka Nugraha, Diego Surya Dewangga, Wahyu Dwi Putranto, Rahmad Rahardian Dias Affandi, dan Amirah Cetta Elysia.
Aditya Yoga Eka Nugraha, dari Abmas menyampaikan bahwa Desa Pakuan memiliki sumber daya tanaman biji kemiri yang melimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Diketahui harga biji kemiri utuhan yang dijual para petani dengan kisaran harga Rp 10.000 s.d Rp20.000. Jika sudah menjadi minyak nilainya akan lebih mahal.
“Jika dibandingkan dengan kemiri yang sudah diolah terpisah dari cangkang dan juga menjual minyak kemiri, maka para petani akan lebih mendapatkan keuntungan yang besar dengan memanfaatkan kekayaan alam secara optimal,” ujarnya.
Alat ciptaan arek ITS ini mampu memecah biji kemiri dalam jumlah banyak sekaligus dengan hasil yang bisa langsung diolah menjadi minyak kemiri. “Alat ini sudah diuji lebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman ke Desa Pakuan,” jelasnya.
Kegiatan pengembangan alat yang telah dibuat selama empat bulan ini dilanjutkan dengan sosialisasi pengarahan penggunaan. Setelah alat tersebut sampai di Desa Pakuan, para petani langsung memanfaatkannya. “Bahkan beberapa telah menerima pesanan sejak produk ditawarkan, penjualan pun sudah masuk pasar online,” tutur pemuda yang juga anggota tim Nogogeni ITS ini.
Menurut Yoga, masyarakat Desa Pakuan sangat menyambut kehadiran alat pemecah biji kemiri ini. Mereka berharap dapat meningkatkan penghasilan desa dan juga mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) para petani biji kemiri di Desa Pakuan. Para petani juga menyampaikan bahwa mereka mengharapkan alat ini segera dikomersialkan dengan kuantitas lebih.
Terakhir, Yoga mewakili tim Abmas ITS menyampaikan dengan adanya alat pengolahan biji kemiri ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua petani yang ada. “Semoga alat ini dapat menjadi jalan dalam membantu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian petani melalui pengolahan komoditas unggul,” pungkasnya. (HUMAS ITS)