SURABAYAONLINE.CO, Malang – Puncak acara Dies Natalis ke – 37, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo (IBU) Malang menggelar acara spektakuler.
Acara yang digeber di Ballroom Akasia, Hotel and Convention Savana, Rabu (22/12) malam, dikemas cukup apik dan mampu menyita pwrhatian para undangan.
Selain full musik dengan berbagai genre juga tari kreasi yang sarat dengan budaya. Belum lagi Grand Final Pemilihan Putra-Putri IBU serta launching jaringan Alumninya.
Sebagai meniatur Republik eengan menonjolkan karakter ke Indonesiaan, mahasiswa IBU yang beradal dari berbagai daerah, unjuk kebolehannya. Selain tari dan nyanyi juga permainan alat musik khas daerah.
Menurut Rektor IBU Malang, Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si konsep Dies Natalis tahun ini berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya.
Konsep merdeka yang diusung tahun ini lebih membahagiakan para alumni dan mahasiswa IBU termasuk mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang saat ini mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Dies Natalis ini semuanya untuk mahasiswa dari berbagai ragam suku, agama dan budaya dan khususnya untuk para alumni,” ujarnya,
Menyinggung soal alumni, rektor yang dikenal akrab dengan wartawan ini mengatakan peran alumni sangat menentukan perkembangan serta memantapkan dan berkelanjutan sebuah perguruan tinggi.
“Biasanya alumni sering dilupakan. Perguruan tinggi yang sehat itu mana kala semua komponennya diberikan tempat tersendiri terutama bagi para alumni. Civitas akademika oke, tapi para alumni inilah yang menjaga IKIP Budi Utomo di luar kampus,” ucapnya, Kamis (23/12).
Dalam acara yang santai namun penuh kejutan ini pun memperlakukan para alumninya sangat special. Bahkan bapak tiga anak ini rela keliling dari meja yang satu ke meja lainnya hanya untuk menyapa para alumni secara langsung.
Suasana semakin ambyar manakala 10 finalis Putra Putri Kampus IBU tampil di catwalk
Untuk itu, lanjut Nurcholis, IBU Malang yang mengemban konsep ke-indonesiaan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi orang Indonesia. Karena itu IBU Malang membuka semua komponen masyarakat untuk ikut serta mengikuti kuliah meskipun dalam kondisi atau potensi ekonomi yang lemah.
“Proyeksi kami ke depan harus tetap mengemban ke Indonesiaan, tidak boleh lepas dari karakter orang Indonesia. Jadi semua harus dibuka aksesnya untuk kuliah dan kita akan berusaha untuk mencarikan beasiswa,” tegasnya. (Nung)