Minke.id – Dalam upaya melindungi lingkungan sekaligus mendukung kelangsungan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Bupati Sidoarjo Subandi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, pada Minggu (18/5/2025).
Dalam sidak tersebut, Bupati menegaskan kepada pelaku UMKM tahu Sidoarjo untuk tidak lagi menggunakan limbah B3 sebagai bahan bakar produksi. Ia memperingatkan bahwa penggunaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti karet, ban bekas, plastik, dan busa tidak hanya melanggar hukum, tapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.
“Kami ingin melindungi UMKM, tetapi juga meminta komitmen. Jangan lagi menggunakan bahan bakar berbahaya ini. Kalau tetap nekat, hukum akan berlaku tegas,” tegas Bupati Subandi.
Dalam kunjungan tersebut, Bupati didampingi Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Dedyk Wahyu Widodo, Sekda Fenny Apridawati, Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq, serta aparat keamanan dan perangkat desa.
Bupati Subandi mengunjungi dua pelaku usaha tahu – satu masih menggunakan bahan bakar limbah B3, dan satunya sudah beralih ke bahan bakar alami. Ia menyampaikan bahwa akan ada pengawasan ketat dari Pemkab Sidoarjo dan aparat hukum terhadap praktik pembakaran bahan bakar ilegal ini.
“Jangan sampai usaha tahu ditutup hanya karena memakai bahan bakar limbah. Kami perlu pilah mana yang boleh dan mana yang dilarang,” ujar Subandi.
Sebagai bentuk dukungan terhadap keberlangsungan UMKM, Pemkab Sidoarjo bersama Pemprov Jatim menyiapkan alternatif bahan bakar, yakni kayu bakar dan gas. Pemkab juga tengah merancang skema pembiayaan, dengan bantuan pemasangan pipa gas yang biayanya ditanggung 50% oleh Pemprov Jatim dan 50% oleh Pemkab Sidoarjo.
Subandi juga membuka peluang kerja sama melalui CSR (corporate social responsibility) dari pihak swasta seperti Perusahaan Gas Negara (PGN) agar transisi ke bahan bakar ramah lingkungan lebih mudah dilakukan.
Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq menambahkan, bahan bakar dari limbah B3 yang dilarang antara lain karet, ban, busa, sol sepatu, dan stereofom. Pihaknya sudah mulai mengangkut limbah-limbah berbahaya tersebut dari lokasi pabrik tahu.
“Sebagian UMKM sudah beralih ke kayu bakar atau kombinasi plastik daur ulang dengan kayu. Tapi untuk produksi tahu siap konsumsi, tidak boleh pakai bahan berbahaya sama sekali,” jelas Bahrul.
Langkah tegas ini mendapat sambutan positif dari warga dan pelaku usaha. Komitmen bersama antara UMKM tahu Tropodo dan pemerintah desa telah dijalankan, salah satunya dengan memilah bahan bakar di tempat produksi. Pemkab Sidoarjo berharap, langkah ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam menangani isu serupa.
“Kami ingin UMKM tetap hidup. Tapi harus ada komitmen bersama. Jangan lagi membakar plastik dan limbah B3. Kalau masih nekat, saya tidak bisa melindungi,” pungkas Subandi.