Minke.id – Industri pariwisata dan pelaku UMKM di kawasan wisata tengah menghadapi tekanan berat akibat kebijakan larangan study tour dari sejumlah pemerintah daerah. Kebijakan efisiensi ini dinilai memberi dampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha mikro dan pariwisata lokal, terutama di kawasan wisata edukatif seperti Kota Batu, Jawa Timur.
Sektor UMKM yang selama ini menggantungkan penghasilan dari kunjungan wisatawan, khususnya rombongan pelajar, mulai kewalahan. Dampaknya terasa luas, dari pedagang kaki lima hingga pemilik outlet oleh-oleh yang tersebar di berbagai destinasi wisata populer.
Yusuf Indra Hermawan, pemilik Warung Al-Jufri di Pasar Apung Museum Angkut, mengaku omzet usahanya merosot tajam sejak larangan study tour diberlakukan. Ia menyebut, momen long weekend yang biasanya menjadi harapan, kini tak lagi mendatangkan banyak pengunjung.
“Penurunan omzet sampai 50%. Daya beli masyarakat juga turun, apalagi tidak ada rombongan pelajar seperti dulu,” keluh Yusuf, Minggu (1/6/2025).
Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19, rombongan pelajar dari berbagai daerah menjadi penopang utama geliat wisata di Kota Batu. Namun kini, belum sempat pulih sepenuhnya, UMKM kembali diuji.
Kondisi serupa dialami Ainun Nur Farida, pemilik beberapa outlet oleh-oleh di kawasan wisata Jatim Park Group. Ia mengaku terpaksa menutup sebagian besar tokonya karena jumlah wisatawan yang terus menyusut.
“Dulu punya outlet di BNS, Jatim Park 1, WBL. Sekarang hanya satu yang masih bertahan di Museum Angkut. Sisanya tutup karena sepi pengunjung,” ungkap Ainun.
Untuk bertahan, Ainun kini mengandalkan penjualan online. Ia menilai ini sebagai satu-satunya cara agar tetap bisa menghasilkan pendapatan tanpa terbebani biaya operasional tinggi.
Hal senada disampaikan Didik Harianto, pedagang buah dan oleh-oleh di area Jatim Park 1. Ia menyayangkan dampak kebijakan yang justru terasa saat libur sekolah, momen yang biasanya menjadi puncak kunjungan wisata.
“Biasanya Mei itu mulai ramai, sekarang justru sepi. Kami pelaku UMKM sangat terdampak. Larangan ini perlu dievaluasi ulang,” tegas Didik.
Menurut Didik, wisata edukasi seperti study tour justru memberikan manfaat besar bagi siswa, sekaligus mendukung ekonomi lokal yang selama ini bertumpu pada sektor wisata.
Data dari Jatim Park 1 mencatat penurunan wisatawan hingga 30 persen dibanding tahun lalu. Bahkan pada momen libur panjang yang seharusnya ramai, jumlah pengunjung hanya berkisar 1.000 orang per hari — jauh di bawah rata-rata sebelumnya.
Situasi ini menjadi peringatan serius bagi keberlangsungan industri pariwisata dan UMKM lokal. Kebijakan efisiensi dinilai perlu mempertimbangkan dampak ekonomi mikro yang nyata di lapangan.